TAK SEMUDAH DIUCAPKAN

 


TAK SEMUDAH DIUCAPKAN

Ikhlas itu sulit. Begitu hampir sebagian besar jawaban di kelas Sekolah Kehidupan. Ikhlas itu mudah diomongkan, sulit dilakukan. Sepertinya kalau ditanyakan ke mayoritas dari kita juga akan menjawab begitu.

Ikhlas itu berkaitan dengan rasa kepemilikan. Sesuatu yang masih kuat kepemilikannya terasa sulit untuk dilepaskan. Namun untuk sesuatu yang selayaknya kita buang, maka pasti kita akan lebih mudah ikhlas.

Contoh ekstrimnya adalah tentang buang hajat. Tidak mungkin kan kita akan merasa kecewa setelah keluar dari toilet. Justru lega, meskipun kita habis makan yang enak dan mahal. Kenapa ikhlas? Karena kalau tidak dikeluarkan justru menjadi masalah.

Pertanyaan mendasarnya, masak sih untuk ikhlas baru bisa pada barang sisa. Sebenarnya dalam setiap proses kehidupan wajarnya kita ikhlas atau tidak?

Mari kita ubah sudut pandang tentang diri kira terlebih dahulu. Manusia itu diciptakan oleh Allah, merujuk pada QS (51): 56. Selanjutnya manusia itu dimiliki oleh Allah (QS.2: 255). Manusia dikuasai sepenuhnya oleh Allah (QS.36:83).

Kesadaran bahwa manusia itu diciptakan, dimiliki dan dikuasai Allah. Sepenuhnya dalam hak prerogratif Allah. Maka sewajarnya manusia itu ber-Tuhan kepada Allah.

Kondisi ini menuntut sepenuhnya untuk meniatkan, menggantungkan dan melakukan segala sesuatu itu tertuju kepada Allah. Inilah yang dinamakan ikhlas. Jadi wajarnya manusia itu ya ikhlas. Kalau tidak ikhlas, justru manusia yang tidak wajar.

Sudut pandang kehidupan yang utuh seperti ini akan membuka jalan keihlasan. Bermula dari kesadaran zero. Bahwa tidak ada kepemilikan pada manusia. Termasuk pada dirinya sendiri. Buktinya, untuk membuat jantung berdetak saja, kita tidak bisa. Hanya Allah yang menggerakkan. Lantas apa yang dimiliki?

Kembali ke perbuatan awal, ikhlas itu sulit. Kenyataan tak semudah yang diucapkan. Kita perlu menelaah lebih lanjut tentang manfaat ikhlas. Dengan mengetahui manfaatnya, kita akan semakin bermanfaat kan.

Orang yang ikhlas itu hidupnya jadi plong. Tidak menggendong beban kesana kemari. Manfaat lainnya, orang yang ikhlas itu do'anya lebih mudah dikabulkan. Karena hijab dirinya dengan Allah terbuka.

Nah, siapa sebenarnya yang sangat menginginkan kita tidak ikhlas? Ternyata iblis lah yang senantiasa menghalangi, menghembuskan pemahaman dan bisikan didalam hati, bahwa ikhlas itu sulit.

Hal ini diabadikan dalam QS. Al Hijr (15):39-40; Ia (iblis) berkata, "Tuhanku, oleh karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, aku pasti akan jadikan  (kejahatan) terasa indah bagi mereka di bumi, dan aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih (karena keihlasannya) diantara mereka (hamba-hamba yang Muhlasin)."

Iblis sebagai musuh abadi manusia akan terus menggoda manusia untuk menjauh dari Allah. Semua penjuru mata angin kita diintai oleh iblis. Mereka tidak kelihatan, namun menjadi musuh yang nyata. 

Namun, iblis juga membuka rahasia kelemahannya. Mereka menyerah ketika berhadapan dengan orang ikhlas. Tak kuasa iblis menggoda. Maka, perjalanan sepanjang hidup kita adalah untuk berproses menjadi manusia yang wajar. Siapa itu, yaitu orang yang ikhlas. 

So, jangan katakan ikhlas itu sulit. Karena itu sengaja dihembuskan oleh iblis. Semakin kita mengulang, kalau ikhlas itu sulit. Lambat laun akan tertanam kuat, dan menjadi jangkar yang tertanam dibawah sadar. Katakan saja, Ikhlas itu wajar dan mudah, ditengah proses kehidupan kita.

Wallahu A'lamu Bish-Showab

Desa Menari, 29 Februari 2024

Pejalan Kehidupan

Posting Komentar untuk "TAK SEMUDAH DIUCAPKAN"