BUANG SAMPAH SALAH TEMPAT

 


BUANG SAMPAH SALAH TEMPAT

Tanggapan terhadap tulisan sebelumnya tentang Mengeluh Tak Akan Bertumbuh sangat beragam. Ada yang merasa mendapatkan inspirasi. Beruntung bisa menjadi materi pembelajaran di kelas. Cukup menyita perhatian tanggapan lainnya, bukan mengeluh sih, tapi cuma ngerasa pingin buang "sampah".

Mahluk hidup memiliki mekanisme alami untuk senantiasa mengeluarkan kotoran. Karena kalau tidak dikeluarkan justru akan menjadi racun bagi dirinya. Kotoran bisa berupa fisik maupun mental.

Keduanya harus dibuang pada tempat yang tepat. Salah tempat justru akan menimbulkan rentetan masalah. Alam semesta juga memiliki mekanisme untuk mendaur ulang kotoran yang ada.

Tentunya kita paham, ada yang di proses menjadi kompos untuk menyuburkan tanah. Namun ada yang tak terurai, menjadi racun berbahaya yang mengganggu mekanisme alam semesta.

Begitu pula racun mental. Pembersihan yang tepat akan merefresh. Kesadaran akan kesalahan contohnya. Kemudian sepenuhnya memohon ampun. Maka akan menerima limpahan energi Maghfiroh. Salah satu cirinya beban berkurang, plong dan wajah akan lebih fresh pula.

Namun saat pikiran negatif, keluh kesah dan berbagai persoalan kehidupan diumbar sembarang tempat. Contoh ditulisan sebelumnya di keramaian pasar. Era kini di media sosial. Berhati-hatilah, karena mekanisme semesta yang bersifat memantul. Nelangsa, tambah suram dan produktivitas menurun.

Disinilah kita perlu belajar menjernihkan hati. Karena akal semata akan menuntun kita pada nafsu. Nafsu merasa didholimi, disakiti dan perasaan negatif lainnya. Paling sederhana adalah dihembuskan keraguan dan khawatir dalam menjalani kehidupan.

Allah memerintahkan kita untuk berlindung dari godaan syetan. Mereka menghembuskan, ngipas-ngipasi dari dalam diri kita tanpa disadari.  "Katakanlah (Nabi Muhammad), "Aku berlindung kepada Tuhan manusia (1), Raja manusia (2), sembahan manusia (3),dari kejahatan (setan) pembisik yang bersembunyi (4), yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia (5),dari (golongan) jin dan manusia (6). QS. An Nas : 1-6"

Salah satu rumus pembersih hati yang disampaikan di Sekolah Kehidupan adalah ikhlas. Ikhlas yang umum kita pahami melakukan segala sesuatu semata-mata untuk Allah. Pernah dibahas ini secara khusus di tulisan yang membahas analogi contoh tukang parkir.

Ketika orang sudah belajar untuk ikhlas dalam menjalani kehidupan. Dia akan memiliki mekanisme Ilahiah yang tertanam di bawah sadar. Tidak mudah untuk mengumbar permasalahan.

Dia berusaha menampilkan kegembiraan dan keceriaan. Karena sadar itulah yang akan mengundang keberuntungan. Ini pulalah cara mensyukuri kehidupan. 

Kesadaran, karena begitu banyak nikmat Allah yang patut disyukuri. Namun ini memang perlu dilatih. Karena kebanyakan akan lebih mudah untuk mengeluh daripada bersyukur. Ini sudah diperjelas langsung oleh Allah di QS. Ar Rahman. Bahkan diulang-ulang "nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan."

Ikhlas itu proses, perlu dilatih terus menerus. Salah satunya tidak kepencut omongan orang untuk mengurusi nikmat orang lain. Karena itu akan membuat kita mudah memandang kekurangan yang ada.

Setelah tulisan kemarin diluncurkan pas pula saya membaca nasihat dari Gus Nurul Banan "setiap kita punya jatah kegembiraan dan kesumpekan sendiri-sendiri. Lah kita hanya melihat nikmat dan gembiranya, sehingga kita iri. Padahal sebenarnya Tuhan sudah adil, mereka pun sudah  terima jatah kesumpekannya sendiri, hanya saja mungkin tak terlihat."

Beliau lantas menutup nasihatnya dengan pepatah Arab "Jangan iri dengan kegembiraan orang lain, karena sebenarnya ada bagian kesedihan yang tak terlihat."

Maka, agar kita tidak salah tempat membuang sampah kehidupan. Kita perlu mencerna QS. Yusuf : 86 Dia (Yakub) menjawab, “Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku. Dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui.”

Wallahu A'lamu Buah-Showab

Desa Menari, 29 Februari 2024

Pejalan Kehidupan


Posting Komentar untuk "BUANG SAMPAH SALAH TEMPAT"