MEMBAKAR KEAKUAN

 


MEMBAKAR KEAKUAN

Marhaban ya Ramadhan. Bulan suci akan segera bertamu ke rumah kita. Rumah yang mungkin selama sebelas bulan penuh sesak dengan sampah kehidupan. Ambisi yang tak ternilai. Hasrat dunia yang tak terawat. 

Rumah itu bernama diri. Rumah yang bopeng-bopeng karena mental kita yang oleng. Rumah yang berhawa panas karena ego yang membara. Merasa bisa akan mengangkangi dunia. Padahal nyatanya dirilah yang terjerembab dalam lubang keinginan.

Merasa baik karena termotivasi oleh QS.  At Tin : 4 " Sungguh, Kami telah Menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." Namun benarkah sepanjang perjalanan kita sudah berproses menuju kesitu. 

Jangan-jangan merasa terbaik ini menjebak kita dalam penjara ego. Keakuan yang justru menjerumuskan kita pada posisi serendah-rendahnya mahluk. "Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya."( QS. At-Tin:5).

Keakuan (ego) ini menjadi bara api yang merusak. Manusia bisa berlaku adigang, adigung, adiguno. Semau gue menurut bahasa populernya. Manusia tipe seperti ini merusak tatanan. Mempercepat munculnya malapetaka. Kerusakan terjadi karena ulah manusia itu sendiri. 

"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)" (QS. Ar-Rum:41)

Mencermati rentetan ayat diatas sudah sewajarnya kita melakukan evaluasi. Untuk segera merubah sudut pandang kembali ke jalan yang benar. Ini butuh proses, bukan sesuatu yang instan. 

Nah, Ramadhan adalah momentum emas untuk memurnikan kembali rumah diri. Saatnya ego yang menyala itu dibakar dalam proses pemurnian selama Ramadhan.

Bukankan ramadhan sendiri memang berarti bulan pembakaran. Dibakar untuk dimurnikan. Bukan dibakar untuk dihanguskan. Karena memang berbeda sekali kualitas dan makna pembakaran dalam setiap fase kehidupan.

Maka, selayaknya akan menjalani proses pemurnian. Perlu kesiapan jiwa untuk menyambutnya. Karena hanya orang yang bersungguh-sungguhlah yang akan siap menjalani fase pemurnian ramadhan.

Mari pasang target untuk ramadhan kali ini. Meluruhkan ego kemahlukan kita untuk betul-betul menyadari posisi sebagai hamba. Orang yang sadar posisi sebagai hamba inilah justru yang akan memperoleh kemuliaan. Manusia yang wajar dan siap membakar keakuannya.

Ramadhan harus menjadi momentum peningkatan keimanan kita. Bukan hanya bersifat individual. Namun harus berdampak sosial. Karena iman itu pararel pembuktiannya dengan amal Sholih.

Dua rumus yang akan kembali mengangkat harkat kemanusian. Dari orang yang rendahan menuju hamba yang tinggi derajatnya ."Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya." (QS. At-Tin:6).

Menyambut Ramadhan kali ini mari kosongkan wadah. Memohon pada Allah SWT agar di proses untuk dimurnikan kembali keimanan. Karena hanya orang yang beriman lah yang bahagia menerima panggilan puasa. Semoga puasa kali ini kita juga siap diproses dan berproses menjadi hamba yang ber-taqwa. Aamiin YRA🤲

Wallahu A'lamu Bish-Showab

Desa Menari, 10 Maret 2024

Pejalan Kehidupan




Posting Komentar untuk "MEMBAKAR KEAKUAN"