LEPASKAN GENGGAMANMU

 


LEPASKAN GENGGAMANMU

Berita beberapa hari terakhir ini sungguh miris. Sebuah perulangan periodik lima tahunan. Dimana banyak bacaleg dan tim sukses mengalami depresi.

 Kegagalan mereka melenggang ke kursi legislatif bagai palu godam yang menghantam. Sudah banyak biaya dikeluarkan. Serta tingginya harapan yang tidak sesuai kenyataan.

Kalau kita tarik dalam kehidupan keseharian. Bisa jadi kondisi depresi dan gangguan kejiwaan lainnya menghantui proses kehidupan kita. 

Awal dari semua gundah gulana yang berujung cidera mental ini adalah rasa kepemilikan. Berpacu dengan waktu untuk sebanyak mungkin memiliki apa yang diinginkan.

Pun berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan apa yang dimiliki. Inilah pemicu watak bahil bin medit. Merasa semua hasil usahanya, maka enggan untuk berbagi.

Sikap kejiwaan merasa memiliki membuat manusia menggenggam erat apapun yang sudah diberikan. Bahkan masih berusaha meraih banyak hal ketika ditangan sudah tak mampu menggenggam.

Melihat fenomena keseharian tersebut, maka kita perlu belajar bersungguh-sungguh untuk mengikis rasa kepemilikan. Lepaskanlah genggamanmu, kata seorang kawan. Karena semua hanyalah pemberian dan titipan.

Sejatinya manusia itu tidak memiliki apa-apa. Semua yang berada di alam raya ini sebatas sarana yang diberikan Allah untuk menjalani kehidupan.

"Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah (QS. Taha (20): 6)

Nah loh, ternyata tidak ada kepemilikan apapun pada manusia. Bahkan terhadap dirinya sendiri. Kesadaran ini yang harus dibangun agar hidup kita lebih sehat secara ruhani, kejiwaan dan fisik.

Karena watak dasar manusia itu rakus. Sampai dibuat sistem pendidikan langsung dari Allah SWT untuk mengikis  sifat tersebut. Maka di syareatkan ada zakat, sedekah. Itu adalah cara untuk mengikis rasa kepemilikan.

Ketika jiwa manusia menjadi sehat, dia akan lebih giat dan produktif. Bukan dalam rangka  untuk memiliki, namun menjadi saksi atas semua karunia Allah.

Kita perlu belajar pada sikap Nabi Sulaiman. Beliau adalah manusia yang diberikan karunia kekayaan, kekuasaan dan berbagai karunia lainnya. Bahkan semua karunia tersebut tidak diberikan kepada manusia setelahnya.

Terabadikan dengan indah di QS. An-Naml: 40  "Seorang yang mempunyai ilmu dari Kitab berkata, “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.” Maka ketika dia (Sulaiman) melihat singgasana itu terletak di hadapannya, dia pun berkata, “Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya). Barangsiapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barangsiapa ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya, Mahamulia.”

Merenungi hal diatas, sudah selayaknya kita belajar untuk belajar melepaskan genggaman kehidupan. Karena semua hanya titipan dan bersifat sementara. Sikap yang salah akan membuat kita sengsara di dunia dan akhirat.

Lebih khusus, kita ingin mental kita sehat, jiwa kita kuat. Maka ambisi perlu dikelola. Keinginan harus diselaraskan pada kesadaran, apakah Allah ridho pada kita atau tidak. Hal utama juga yang harus ditanamkan, semuanya adalah milik Allah. Kita hadir di dunia adalah kesempatan emas untuk mengabdi dan menjadi saksi atas semua karunia-Nya. Termasuk apa yang ada pada diri kita.

Wallahu a'lamu Bish-Showab

Desa Menari, 18 Februari 2024

Pejalan Kehidupan

Posting Komentar untuk "LEPASKAN GENGGAMANMU"