KONSISTENSI MENGASAH HATI

 


KONSISTENSI MENGASAH HATI

Waktu kecil saya sering mengamati kakek mengasah pisau dan sabit. Aktivitas yang rutin beliau lakukan sejak kecil. Bahkan sampai beberapa jam sebelum beliau wafat masih mengasah pisau dan sabit.

Rajin sekali aktivitas itu beliau lakukan. Ketika dirasa kurang tajam sedikit buru-buru diasah kembali. Ternyata ini rahasianya pisau dan sabit beliau justru awet digunakan.

Konsistensi atau istiqomah. Begitu, pembelajaran yang bisa saya petik dari aktivitas yang kelihatannya membosankan kakek saya tersebut. 

Kalau kita tarik dalam perjalanan kehidupan. Konsistensi menjadi kekuatan tak terlihat yang sering tak disadari. Orang mudah menyerah, justru karena bosan melakukan pengulangan aktivitas yang sama.

Kalau kita berbicara tentang konsistensi, sebenarnya kita sedang berbicara pada pilihan hati. Maka, Istiqomah (konsisten) adalah amalan hati yang luar biasa.

Kita tarik lebih sempit ke tujuan manusia secara umum, yaitu untuk hidup bahagia. Dimana instrumen kebahagiaan itu terletak dihati. Namun orang sering salah sangka. Mencari kebahagiaan dari apa yang bisa diterima otak.

Garis lurusnya adalah kebahagiaan itu beriringan dengan konsistensi mengasah hati. Sayangnya kita sering terjebak pada jebakan akal yang cenderung liar.

Renungan khusus bagi insan SKH adalah seberapa konsisten kita mengasah hati. Namanya mengasah itu mengulang tanpa bosan.

Bahkan ritme pengulangan memang harus dilakukan secara sama. Coba kita cermati orang mengasah pisau. Kalau tidak konsisten dengan gerakan yang sama, justru pisau tidak akan tajam.

Begitupun dalam kita mengasah 7IPH dalam kehidupan, maupun up grading dalam kelas harus melampaui kebosanan. Sampai pengulangan itu menjadi kebiasaan.

Kalau kita malas mengulang pembelajaran, karena menganggap materi yang disampaikan sama. Hati-hati, itu tandanya setan menyusup ke pikiran. Menguatkan ego kita dan merasa sudah pandai. Akhirnya kita bisa meremehkan ilmu. 

Kalau ini dibiarkan, hati justru akan membatu. Ilmu sebatas pada pemahaman otak. Bukan perbaikan kehidupan yang didapatkan. Keruwetan yang justru mendera.

Bukankah kehidupan keseharian senantiasa menawarkan tantangan demi tantangan. Pengulangan saja sebenarnya. Maka, melewati kebosanan mengasah hati juga tidak bisa ditawar. Karena ini jembatan kita melampaui tantangan kehidupan. 

Kecuali bagi yang ingin menumpuk benang kusut kehidupan. Teruslah pelihara ego, dengan menganggap ilmu penjernih hati ini sama saja. Bukankah akal ini harus tunduk pada hati? Bukan malah melonjak ingin merajai kehidupan. Coba kita renungkan. Seberapa konsisten kita mengasah hati.


Wallahu A'lamu Bish-Showab

Jakarta, 3 November 2023

Murid Sekolah Kehidupan


Posting Komentar untuk "KONSISTENSI MENGASAH HATI"