BERDAMAI DENGAN RASA SAKIT

 


BERDAMAI DENGAN RASA SAKIT

Wah ada-ada saja kang Tris ini, celetuk seorang kawan sambil menikmati wedang uwuh. Serambi rumah Pak Iban Mangunan Yogyakarta ini menjadi saksi pembelajaran kami semua.

Betapa kami dibuat takjub oleh kuasa Allah yang memperjalankan hamba-Nya yang sedang sakit. Jauh dari Penyengat Rendah Jambi. Terbang ke Yogyakarta untuk menjadi pembelajaran bagi kita semua.

Pak Rahman, begitu kami memanggil beliau. Beliau diberikan cobaan sakit kanker usus. Setelah operasi beliau harus rutin menjalani kemoterapi. Beberapa hari sebelum pertemuan di Mangunan, beliau juga baru keluar dari Rumah Sakit. 

Setia sesi kemoterapi harus dijalani dengan perawatan di Rumah Sakit selama tiga hari. Tekad dan tanggung jawab beliau luar biasa. Ditengah sakit yang belum kunjung sembuh, beliau masih memikirkan masyarakat.

 Mengikuti rakor mentor KBA sebagai tanggung jawab atas amanah yang diemban. Kami para teman sangat takjub sekaligus sesekali nyeletuk, kok ya tidak ijin dan istirahat saja. Meski harus merasakan sakit di sela-sela aktivitas. Namun agenda utama dapat beliau ikuti dengan khidmat.

Pada sesi ngobrol santai di serambi Iban Homestay yang asri. Beliau menyampaikan kronologi sakitnya. Sesi terapi yang harus dijalani. Tergurat jelas penerimaan, kesabaran, ketabahan, semangat dan tekad untuk sembuh dan berkontribusi.

Berdamai dengan rasa sakit. Itu sepenggal kesimpulan yang bisa saya petik. Betapa hidup itu sebuah pilihan. Termasuk ketika sakit, apakah kita akan mengeluh. Ataukah justru kita akan menjadi tangguh.

Pikiran sebagai panglima sangat mempengaruhi atas pilihan. Ketika pikiran memilih lemah dan sisi negatif, maka tubuh juga akan melemah. Sedangkan ketika pikiran memilih kuat dan positif maka tubuh akan menjadi tangguh.

Orang yang bisa berdamai dengan pikirannya, sejatinya telah meletakkan hati sebagai pengendali yang utama. Hati yang damai adalah cerminan sedang bertahtanya Nur Ilahi. Semakin bercahaya hati, maka akan semakin damai kehidupan seseorang.

Hati yang damai adalah cerminan akan penerimaan total. Pasrah adalah pekerjaan hati yang justru berbuah indah. Apapun kondisi dan hasilnya hati yang damai akan tetap bersinar.

Hati orang-orang seperti Pak Rahman ini sedang dipinjam sebagai alat untuk memberikan pelajaran bagi kita semua. Yaitu hati yang siap menerima kejadian. Kemudian mengolah setiap kejadian sebagai sarana mendekat kepada Allah.

Ajaibnya hati yang telah berdamai dengan keadaan adalah obat. Tubuh akan melakukan mekanisme penyembuhan. Darinya akan memancarkan semangat dan harapan bagi siapapun yang berjumpa.

Maka, perlu kita belajar untuk berdamai dengan rasa sakit. Karena hidup itu tidak berisi yang sesuai keinginan. Sering melenceng pada hal yang tidak diinginkan. Dan ini sering menimbulkan rasa sakit.

Kalau kita biarkan rasa sakit mengendalikan, pikiran akan merapuh. Jiwa akan melemah dan menyerah. Maka memilih berdamai dengan keadaan termasuk rasa sakit adalah langkah keberuntungan. 

Bukankah kita diingatkan dengan untaian hikmah "man shabara zhafira" yang artinya barang siapa bersabar, maka dia akan beruntung. Terimakasih Pak Rahman atas pembelajarannya, meski bukan lewat kata. Namun lewat komitmen, tanggung jawab dan ketegaran. Semoga Allah senantiasa merahmati dan meridhoi setiap langkah. Aamiin.

Desa Menari, 31 Juli 2023

Kang Tris DM

Pembelajar Kehidupan

6 komentar untuk "BERDAMAI DENGAN RASA SAKIT"

  1. Masya allah tabarakallah, pembelajaran yang luar biasa.
    Dari sang pemetik hikmah yang luar biasa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sehat dan penuh hikmah Pak Rahman, untuk bersama-sama menebar manfaat lebih luas

      Hapus
  2. Insya allah setelah badai berlalu...laut akan menampakkan keindahan nya...yang sabar ya pak rahman...semoga cepat sembuh

    BalasHapus