SEMANGAT DESA MENARI DI KAKI GUNUNG TELOMOYO

SEMANGAT DESA MENARI DI KAKI GUNUNG TELOMOYO
Oleh : Trisno

Gotong Royong Warga Desa Menari 

Desa menjadi kawasan yang memainkan peran penting dalam pembangunan sebuah bangsa, terlebih bagi Indonesia, karena mayoritas kawasan bangsa ini berupa daerah pedesaan. Namun persoalan mendasar yang kita jumpai, justru desa ditinggalkan oleh para generasi emasnya, yaitu kaum muda dan orang-orang yang berhasil mengenyam pendidikan tinggi dengan dalih untuk mengadu nasib dan keberuntungannya di perkotaan. Dua persoalan yang akhirnya menjadi bumerang untuk arah pembangunan bangsa, desa tetap menjadi daerah tertinggal dan terjadi penumpukan di kota yang menjadi pemicu kepincangan sosial. Hal ini tentu menjadi permasalahan serius bagi bangsa Indonesia, karena abainya kita pada desa justru menjadi  mata rantai kesemrawutan kehidupan berbangsa. Bukankah desa dan kota ibarat dua sisi mata uang yang saling menguatkan?

Desa menjadi lumbung ketahanan pangan bagi masyarakat. Namun kini menuai persoalan yang pelik, karena generasi muda enggan menjamah profesi asli masyarakat desa yang bergerak dalam sektor pemenuhan kebutuhan pangan. Para petani, peternak, nelayan dan profesi lainnya yang terbiasa dilakukan masyarakat desa dalam kurun waktu yang lama terjadi penurunan yang cukup masif. Kita melihat profesi-profesi tersebut didominasi oleh kalangan generasi tua dan minim bahkan langka kita menemukan generasi muda yang berkecimpung didalamnya. Hal ini berujung pada kerawanan pangan yang bisa mengancam bangsa dan menyeret negara menjadi pengekor pada negara lain yang bisa memenuhi suplai kebutuhan pokok.

Persoalan berikutnya, juga karena ketimpangan roda pembangunan yang dalam kurun waktu lama menjadikan desa sebatas anak tiri pembangunan. Pusat kemajuan dan fasilitas penunjang seperti pendidikan, kesehatan dan sarana rekreasi terkonsentrasi pada perkotaan. Begitu fasilitas ekonomi terbangun dikawasan pedesaan,orang desa hanya menjadi obyek pasar dan mereka tidak memiliki kewenangan akan fasilitas tersebut, karena mayoritas dimiliki oleh pemodal dari luar desa tersebut. Permasalahan lain yang terus mengancam adalah kebutuhan pengembangan kawasan pemukiman yang menggerus luasan kawasan pedesaan, sehingga banyak kita jumpai alih fungsi lahan  pertanian menjadi tempat hunian atau kawasan industri.

Berbagai persoalan tersebut tentu menjadi pekerjaan rumah bagi segenap komponen bangsa. Bagaimana menjadikan desa atau kampung yang tidak menarik bagi para generasi muda berbenah menjadi kawasan yang diminati untuk mengaktualiasasikan jiwa muda mereka. Hal ini bisa diawali dengan perubahan pola pikir masyarakat desa atau kampung itu sendiri. Generai tuadi desa yang cenderung konvensional memandang bahwa desa itu tidak menjanjikan. Mereka lebih sering mendorong anak-anak mereka untuk mencari pekerjaan diluar sektor pertanian dan peternakan, karena mereka sendiri memandang rendah pekerjaan yang dijalani. Maka bisa kita jumpai, anak-anak desa yang akhirnya mengadu nasib ke kota walaupun dengan kerampilan minim, bekerja pada sektor non formal,misalnya penjaga toko,buruh bangunan, buruh pabrik bahkan ada yang menjadi pekerja rumah tangga di kota. Para orang tua mereka juga lebih bangga dengan pekerjaan anak-anaknya tersebut, karena bisa lebih menjanjikan pendapatan. Ada hitungan pasti perolehan pendapatan, sedangkan kalau meneruskan pekerjaan orang tuanya sebagai petani perolehan pendapatan senantiasa mengalami pasang surut. Hal ini disebabkan karena pekerjaan disektor pertanian banyak bergantung pada naik turunnya laju perekonomian bangsa, belum lagi permainan para tengkulak yang sering mencekik daripada menolong.

Analisa persoalan atas realita desa atau kampung saat ini tentunya memantik berbagai alternatif solusi yang ditawarkan, karena persoalan desa sejatinya adalah persoalan bangsa. Gagal dalam menata ulang desa akan berujung pada persoalan sosial bagi bangsa. Maka gerakan bali ndeso mbangun ndeso yang pernah menjadi jargon mantan Gubernur Jawa Tengah Bapak H. Bibit Waluyo merupakan konsep menarik yang perlu kita kembangkan. Sebuah semangat untuk mendorong anak- anak muda desa mau kembali ke desa dan bahu membahu untuk berkontribusi pada pembangunan desa. Perlu upaya serius untuk menata ulang pola pikir bagi masyarakat desa baik kalangan tua maupun gnerasi mudanya, bahwa desa adalah masa depan kita seperti ungkapan Bang Iwan fals. Para orang tua harus diyakinkan bahwa anak-anak muda yang mau kembali ke desa tetap memiliki masa depan gemilang. Selama ini mereka dihantui ketakutan bahkan perasaan rendah diri, kalau orang desa adalah orang lapis kedua dalam bangsa ini. Begitupun perlu langkah-langkah stategis agar generasi muda mau tinggal, beraktivitas dan berkontribusi bagi desanya.

Menata Ulang Desa
Menata ulang sebuah kawasan harus diawali dengan membuat role model yang bisa ditiru untuk dikembangkan di daerah lainnya. Atau paling tidak menjadi pemantik, bahwa desa bisa menjadi harapan masa depan. Program dana desa akhir-akhir ini menjadikan para pemangku kebijakan desa berpikir ulang tentang bagaimana membangun desanya. Walupun masyoritas masih bertumpu pada sektor pembangunan fisik, namun unsur pemberdayaan mulai dilirik, bahkan ada desa-desa yang sekarang menjadi role model dalam mewujudkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakatnya. Bisa kita jumpai contoh desa-desa yang berhasil menjadi ikon seperti Desa Ponggok di Klaten, Desa Pujon Kidul di Malang dan desa-desa lainnya. Desa yang berdaya karena adanya visi yang jelas, kepemimpinan yang kuat serta partisipasi masyarakat didalamnya.

 Pengunjung Bergembira Dengan Para Penari 

Di Kaki Gunung Telomoyo yang masuk dalam area kawasan gunung merbabu kita bisa melihat geliat masyarakat Dusun Tanon Desa Ngrawan Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah. Desa yang sebelumnya masuk dalam desa IDT, sebuah predikat untuk desa yang tertinggal dalam kancah pembangunan. Berawal dari semangat generasi muda yang merasa jemu dan gregetan dengan predikat desanya, maka mereka mulai mencari formula dalam menata ulang desanya. Benih perubahan yang diawali pada tahun 2009 di Dusun Tanon secara bertahap menemukan format pada tahun 2012. Pada bulan februari 2012 masyarakat bermusyawarah untuk mencanangkan agar ada perubahan yang lebih baik bagi tempat tinggal mereka. Setelah belajar dan berkoordinasi dengan Pak Yossiadi Bambang Singgih atau yang biasa di sapa Bang Yoss, pemilik Yoss Tour Community (YTC) dan merupakan salah satu praktisi desa wisata di Jawa Tengah, diterimalah konsep Desa Wisata menjadi pintu masuk untuk pengembangan Dusun Tanon kedepannya. Sebuah era baru yang banyak di gawangi oleh para pemuda dusun sederhana dengan dukungan para orang tua yang diawali dengan perubahan pola pikir dan semangat untuk menemukan arti baru dalam kehidupan. Dengan mengoptimalkan modal sosial serta potensi lokal seperti pertanian, peternakan, dolanan tradisional dan kesenian, Dusun Tanon bertumbuh menjadi salah satu desa wisata di Kabupaten Semarang dengan branding Desa Menari.

Tahap implementasi gagasan di Dusun Tanon diwujudkan dengan membentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang awalnya bernama Pokdarwis Ki Tanuwijoyo kini berubah menjadi Pokdarwis Desa Menari untuk menselaraskan dengan branding yang melekat. Kegiatan yang dilakukan dengan pendekatan Desa Wisata di dusun Tanon sebenarnya berangkat dari semangat konservasi. Sebuah upaya untuk menjaga kelestarian pada tiga hal yaitu profesi asli masyarakat sebagai petani/peternak, dolanan tradisional serta kesenian rakyat yang ada di desa Ngrawan. Ketiga hal tersebut dipadukan dalam sebuah paket wisata yang dipasarkan kepada komunitas sasaran kegiatan maupun biro wisata. Dusun yang awalnya sepi dalam waktu-waktu tertentu mendadak ramai oleh kunjungan dan kegiatan wisata. Dalam satu tahun rata-rata bisa mendatangkan tamu antara 1.500 sampai 2.500 orang. Memang tidak seramai desa wisata lainnya, karena pola yang diambil oleh kesadaran masyarakat di Desa Menari sendiri untuk tidak merubah desanya menjadi aktivitas pariwisata masal. Mereka tetap ingin menjaga harmoni agar tidak terjadi pergeseran profesi masyarakat secara masif.

Perjalanan Desa Menari mengacu pada konsep ‘tangan diatas lebih baih daripada tangan dibawah, berkarya lebih baik daripada meminta’. Sebuah tekad untuk meruntuhkan mentalitas masyarakat yang terbiasa diracuni dengan berbagai wujud bantuan yang justru mengkerdilkan mereka. Proses perubahan yang bertumpu pada kebulatan tekad, kearifan lokal dan kemauan untuk berjejaring serta modal sosial menjadikan desa ini terus melaju ditengah arus kompetisi yang semakin melebar. Kegiatan Desa Menari ibarat mebuka kran yang tersumbat. Setelah berjalan aktivitas wisata dan bisa menghasilkan pendapatan, mulailah terjadi pembenahan di dusun tersebut. Pembangunan bisa dilakukan dari hasil kegiatan, semangat belajar masyarakat menjadi lebih baik, perekonomian masyarakat yang membaik bahkan bisa memberikan kontribusi berkisar 10 % sampai 15 % pada masyarakat, serta kegiatan sosial lainnya yang bisa dibiayai dari pendapatan desa menari.

Sebuah proses yang tidak sederhana untuk mewujudkan kemandirian masyarakat tersebut membawa Trisno sebagai ketua Pokdarwis Desa Menari dianugerahi penghargaan SATU Indonesia Award bidang lingkungan oleh PT. Astra International pada tahun 2015. Apresiasi tersebut membuka kebuntuan yang ada,sehingga para pihak yang sebelumnya masih setengah hati mengakui keberadaan Desa Menari menjadi lebih percaya bahwa kegiatan tersebut memang memberikan kontribusi. Dengan geliat Desa Menari akhirnya Desa Ngrawan ditetapkan menjadi salah satu Desa Sejahtera Mandiri oleh Kementerian Sosial Republik Indonesia dan diwisuda langsung proses penetapannya oleh Menteri Sosial saat itu Ibu Khofifah Indar Parawangsa. Apresiasi selanjutnya diterima dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah pada Desember 2015 sebagai juara 3 dalam penghargaan kepariwisataan untuk kategori daya tarik wisata yang dikelola oleh kelompok masyarakat atau perorangan.

 Paket Wisata Pembelajaran Gamelan  

Geliat masyarakat Desa Menari ternyata bisa menjadi inspirasi bagi desa lainnya, berangkat dari kesederhanaan dan potensi lokal ternyata tumbuh memberikan perubahan dengan tetap mengacu pada kearifan lokal. Beberapa daerah yang telah melakukan kajian lapangan dan studi banding ke Desa Menari seperti dari Kabupaten Pemalang, Jepara, Wonosobo, Kebumen, Kota Semarang, Provinsi Jambi dan terakhir dari Kabupaten Paser Kalimantan Timur. Semangat masyarakat untuk terus menapaki jalan perubahan semakin meluas pada berbagai bidang setelah menemukan bapak asuh yaitu PT. Astra International dengan ditetapkannya menjadi Kampung Berseri Astra yang ke 27 pada tahun 2016. Kini kegiatan Desa Menari meluas pada empat pilar yaitu pendidikan, kesehatan, kewirausahaan dan lingkungan sesuai konsep pengembangan Kampung Berseri Astra.

Pada pilar pendidikan berlangsung program pendidikan non formal untuk masyarakat terutama pembelajaran komunikasi dan kesenian. Selain itu juga adanya dukungan beasiswa Lestari Astra untuk 36 anak di tingkat Desa Ngrawan dari jenjang sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Pilar kesehatan bersinergi dengan program pemerintah desa berupa revitalisasi posyandu dan program dari puskesmas yaitu optimalisasi posbindu dengan adanya pemeriksaan kesehatan untuk penyakit tidak menular yang dilakukan rutin setiap bulan dengan pendekatan jemput bola, mendatangi kegiatan pertemuan rutin warga baik remaja, bapak-bapak maupun ibu-ibu. Kegaian lainnya yaitu senam yang menjadi program mingguan. Untuk program besar tahunan diadakan bakti sosial yang dibarengkan dengan jalan sehat tingkat desa. Tahun 2017 dengan melakukan pengobatan gratis dan screening diabetes, sedangkan tahun 2018 ini pengobatan gratis dan cek asam urat.

Program pilar kewirausahaan yaitu optimalisasi pemasaran paket wisata, pelatiha membuat produk olahan untuk ibu-ibu serta produksi tahu yang pemasarannya sudah merambah ke desa sekitar. Pada pilar lingkungan berjalan dengan program biopori yang akhirnya diadosi menjadi program desa untuk konservasi mata air. Program penanaman pohon juga menjadi salah satu program yang terus digalakkan. Pembuatan taman toga, penataan zonasi lingkungan dan penataan homestay untuk menunjang kegiatan desa wisata menjadi bagian program lingkungan Kampung Berseri Astra Tanon. Distribusi air ketingkat desa dengan menggunakan pompa hidram menjadi program besar dari KBA Tanon yang bersinergi dengan pemerintah Desa Ngrawan.

Menata desa seperti yang dilakukan di Desa Menari Tanon serta desa-desa lainnya menjadi penting untuk menekan laju urbanisasi kedepan. Dengan semakin banyaknya kegiatan produktif yang dilakukan di desa maka roda ekonomi akan lebih progresif. Tentunya ini memberikan kepercayaan diri bagi masyarakat terutama generasi muda, bahwa desa bisa menjadi tempat mereka berlabuh untuk mengolah berbagai potensi yang ada dan mengembangkan menjadi kekuatan dimasa depan. Munculnya gairah muda untuk kembali berkarya di desa memberikan harapan baru dan dinamika desa yang lebih hidup.

Penta Helix Dalam Pengembangan Desa
Berangkat dari contoh diatas tentu ada yang bertanya, bagaimana caranya untuk mengoptimlakan kampung atau desa agar lebih berdaya dan memberikan kesejahteraan bagi warganya. Pada perkembangan akhir-akhir ini kita mengenal konsep penta helix yang banyak dikaji dikalangan akademisi dan menjadi konsentrasi para pemangku kebijakan. Namun sayangnya banyak pemangku kebijakan di desa atau kampung yang belum mengoptimalkan konsep tersebut guna mendorong perubahan dan perbaikan didaerahnya. Konsep penta helix mendorong sinergitas lima komponen yaitu Academician, Business, Community, Government, Media yang kemudian sering dikenal dengan konsep ABCGM. 

Kembali pada contoh Desa Menari dalam tinjauan konsep penta helix, bisa temukan sinergi dari kelima unsur yang akhirnya mempercepat perubahan dari dusun dan desa kecil yang awalnya tidak masuk dalam perhitungan, kini menjela menjadi salah satu ikon untuk kawasan lereng Telomoyo. Keterlibatan Akademisi dapat kita jumpai di Desa Ngrawan terlebih di dusun Tanon. Kemitraan dengan berbagai perguruan tinggi seperti Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA), Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Universitas Negeri Semarang (UNNES), Universitas Katolik Sugijopranoto (UNIKA) Semarang serta proses penjajakan dengan kampus lainnya memberikan corak perubahan tersendiri bagi desa tersebut. Selain itu banyaknya proses penelitian yang dilakukan dari kalangan akademis di Desa Menari memberikan masukan bagi pembangunan sekaligus menjadi media promosi yang menguatkan. Melangkah pada sinergi berikutnya yaitu dengan dunia bisnis melalui program CSR menguatkan dan mempercepat pencapaian visi yang dicanangkan. Dengan menjadi anak asuh PT. Astra Interational melalui program Kampung Berseri Astra juga menaikkan nilai tawar bagi desa-desa sekitar.

Community atau masyarakat  tidak hanya memposisikan diri mereka sebagai obyek perubahan namun terlibat aktif sebagai subyek perubahan. Melalui lembaga Pokdarwis Desa Menari, Bumdes Mukti Lestari maupun karang taruna dan Pokja yang lain menunjukkan kesiapan masyarakat Desa Ngrawan dari keterbelakanngan menuju pintu gerbang kemakmuran. Pihak Pemerintah juga menjadi lebih ringan kerjanya sekaligus bisa menjadikan tolok ukur perkembangan yang diraih. Program Dana Desa tidak hanya terjebak pada pola konvensional pembangunan yang bertumpu pada fisik namun berkembang pada sektor pemberdayaan. Dinas-dinas terkait akhirnya juga menjadi lebih aktif untuk melakukan tugas dan fungsinya dalam rangka pelayanan kepada masyarakat Desa Ngrawan melalui berbagai program yang berbeda.

Peran media juga begitu masif kita jumpai dalam pengembangan Desa Menari. Mereka terus mempublikasikan berbagai kegiatan yang ada sehingga bisa lebih dikenal dikalangan luas. Dari awal rintisannya sejak tahun 2012 Desa Menari senantiasa menggandeng media baik cetak, elektronik para pelaku fotografi maupun pemanfaatan media sosial. Dampaknya begitu terasa, karena peran merekalah kegiatan yang ada bisa terkoneksi pada jangkauan masa yang luas serta menyambungkan dengan berbagai pihak terkait.

 Suasana Pasar Rakyat Desa Menari 

Berkaca pada gambaran diatas serta contoh yang disajikan, dapat disimpulkan bahwa perubahan sebuah desa akan ikut mewarnai arah perubahan sebuah bangsa. Menata desa atau kampung perlu diawali dengan menata pola pikir masyarakat maupun para pihak bahwa desa adalah kekuatan yang tersembunyi dan perlu dibangunkan. Konsep pentahelix menjadi penting diaplikasikan guna mendorong kampung atau desa yang seolah matisuri menjadi kekuatan dinamis yang diperlukan sebagai titik keseimbangan terhadap laju kota. Sejatinya membangun desa  adalah menyusun kepingan masa lalu untuk menjadi wujud indah dan memberikan harapan akan kebaikan masa depan. Maka seperti mengamini salah satu pemikiran budayawan sekaligus guru bangsa Emha Ainun Nadjib yang familiar dipanggil Cak Nun atau Mbah Nun bagi para pembelajar dilingkungannya ‘Indonesia adalah Bagian Dari Desa Saya’. Maka, menata desa membangun bangsa merupakan sumbangsih sekaligus warisan untuk anak cucu Indonesia.

Posting Komentar untuk "SEMANGAT DESA MENARI DI KAKI GUNUNG TELOMOYO"