LANGKAH AWAL PERJALANAN DESA MENARI


LANGKAH AWAL PERJALANAN DESA MENARI
Kang Tris*
 



Sebuah perubahan tidak akan pernah terwujud tanpa ada langkah awal yang dilakukan. Begitupun kami masyarakat Dusun Tanon yang sekarang lebih dikenal dengan branding Desa Menari. Setelah orang mendengar cerita tentang Tanon yang dibangun dengan hal-hal yang bersifat sederhana, masih saja ada orang yang bergeming, karena bingung bagaimana menerapkan konsep tersebut ditempat mereka. Memang sebuah cara bisa jadi cocok bagi sebuah daerah, namun perlu penyesuaian banyak hal untuk daerah lain. Hal ini wajar, karena kondisi geografis dan sosial budaya yang berbeda masing-masing daerah. Namun paling tidak ada metode yang bisa digunakan untuk menentukan perjalanan mewujudkan masyarakat mandiri.

Beberapa langkah awal yang kita tempuh dalam mewujudkan proses kemandirian meliputi ; tujuan menentukan target usaha dan  identifikasi target. Pertama, menentukan tujuan yang ingin dicapai. Tanpa ada tujuan yang jelas, maka kegiatan pemberdayaan yang dilakukan sehebat apapun tidak akan memberikan buah yang lezat untuk dinikmati. Tujuan yang ingin kita capai saat itu adalah pariwisata berbasis masyarakat. Maka disitulah kami menentukan konsep yang kalau dalambahasa populer sesuai nomenklatur kebijakan pemerintah masuk dalam kategori desa wisata. Kami memilih desa wisata bukan wisata desa. Kami berikan analogi sederhana untuk memahami perbedaan keduanya. Misalnya saya orang dari luar dusun Tanon, setelah melihat potensi yang ada di lokasi saya membeli tanah di daerah tersebut. Saya bangun menjadi salah satu destinasi wisata yang menarik. Setelah dikelola dan dipasarkan dengan baik ternyata diminati banyak wisatawan sehingga ramailah kunjungan. Lambat laun usaha saya tersebut menjadi besar dan meraup keuntungan besar. Karena saya bukan asli orang dusun tersebut, maka cukuplah saya memberikan bagi hasil sesuai porsi saya. Masyarakat lokal akhirnya hanya jadi penonton, paling jauh jadi pekerja di destinasi wisata yang saya buat di dusun Tanon. Itulah yang disebut dengan wisata desa. Partisipasi masyarakat bukan menjadi prasarat utama dalam kegiatan usaha yang dibangun.

Desa wisata memiliki karakter yang berbeda dari wisata desa. Di dalamnya membutuhkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaannya. Bahkan kami sering menyampaikan dari, oleh dan untuk masyarakat itulah konsep dalam desa wisata. Itulah yang disebut dengan pariwisata berbasis masyarakat. Ada proses kemandirian yang terbangun didalamnya. Menjadikan masyarakat berdaya, sehingga rasa memiliki atas aktivitas usaha yang dilakukan akan kuat. Selain itu juga memunculkan kebanggan bagi masyarakat, bahwa dari kerja keras merekalah proses pembangunan di daerahnya bisa berjalan. Dalam konteks inilah kedepan yang akan mendorong masyarakat menjadi produktif dan mandiri. Desa wisata menjadikan masyarakat sebagai subyek yang bersifat aktif, sedangkan wisata desa menjadikan masyarakat hanya sebatas obyek saja.

Langkah Kedua menetukan target usaha menjadi poin penting dalam sebuah perjalanan. Saya sering menganalogikan hidup itu seperti bermain sepak bola. Hal ini terkadang kita pakai sebagai simulasi untuk memberikan pemahaman yang utuh kepada orang yang bertanya. Saya akan mengajak mereka untuk bermain sepak bola tanpa gawang. Dari beberapa kali dalam kegiatan, ada saja orang yang langsung mau untuk melakukan aktivitas sepak bola tanpa gawang. Entah sekedar seru-seruan, meluapkan kesenangan atau berbagai alasan lain. Kita bisa membayangkan dan merasakan, bagaimana kalau kita terlibat dalam permainan sepak bola tanpa gawang. Seru, ramai dan riang gembira, namun terkadang juga kita temui letupan emosi yang berlebihan. Pertanyaannya, akan seberapa kuat kita menjalani permainan tersebut. Hal yang kita amati adalah sesuatu yang semakin lama justru tidak menarik. Kenapa menjadi tidak menarik, karena kita menghilangkan salah satu unsur pokok dalam permainan, yaitu keberadaan sebuah gawang. Kita tidak akan pernah mendengar teriakan goal. Padahal itulah salah satu poin dasar permainan sepak bola, yaitu tercapainya goal. Berkaca dari permainan sederhana tersebut, kita menjadi mengerti dan memahami, mengapa goal atau target menjadi sangat penting bagi proses aktivitas yang kita lakukan. Dalam skala lebih luas, apa target yang ingin kita capai dari aktivitas pemberdayaan yang kita lakukan.

Proses mewujudkan visi besar kami buat dalam beberapa tahapan. Tahap awal yang ingin kami capai adalah, bagaimana masyarakat bisa menghasilkan pendapatan selain dari aktivitas harian guna membiayai program-program pemberdayaan yang direncanakan. Maka kami menetapkan pariwisata menjadi target usaha awal yang kami pilih. Pariwisata memiliki karakter unik,sehingga kami pilih menjadi target usaha kolektif. Keunikan tersebut, yaitu karena sifat pariwisata yang kedalam dan keluar, atau dua sisi yang saling melengkapi. Bersifat kedalam yaitu, pariwisata bisa mendatangkan tamu-tamu yang akhirnya menghasilkan uang untuk masyarakat. Bersifat keluar, yaitu produk atau keunikan lokal dari sebuah daerah bisa terjual sekaligus terpromosikan melalui para wisatawan yang hadir. Maka ,selain menyajikan atraksi, kami juga menyediakan pasar rakyat atau pasar tiban yang digelar saat ada kunjungan wisata ke Desa Menari. Selain itu, karena kami melihat peluang pariwisata dari yang hanya meliha beralih ke aktivitas yang mendorong para wisatawan mengalami sesuatu.

Proses selanjutnya dalam mewujudkan kemandirian masyarakat setelah penentuan target usaha pariwisata, maka kita perlu melakukan identifikasi target usaha yang kita lakukan. Beberapa komponen yang perlu menjadi fokus kita dalam identifikasi target ini adalah daya tarik, key person atau orang kunci, cara dan menganalisa faktor X. Daya tarik menjadi sesuatu hal yang penting bagi sebuah usaha pariwisata. Ketika kita mendengar kata daya tarik pariwisata pasti yang segera terlintas adalah hamparan gunung, laut atau pantai, goa, air terjun atau obyek alam lainnya. Seolah kalau tempat kita tidak memiliki potensi alam yang menarik maka tempat kita tidak layak menjadi salah satu tujuan wisata. Berkaca pada ulasan sekilas diatas bahwa pariwisata mulai mengalami pergeseran dari yang semula hanya melihat beralih ke mengalami sesuatu, maka kita bisa menganalisa lebih jauh, hal atau proses apa yang menarik untuk bisa dialami oleh orang diluar tempat kita tinggal. Maka, aktivitas harian masyarakt seperti bertani, beternak, membuat kerajinan, mengolah produk bisa menjadi atraksi wisata. Itulah daya tarik yang bisa kita sajikan bagi calon wisatawan yang akan berkunjung ke tempat kita.

Setelah kita menemukan daya tarik yang ada ditempat kita, maka langkah selanjutnya adalah menemukan orang kunci dalam setiap daya atarik maupun dalam komunitas masyarakat. Sepenuhnya ini berangkat dari sebuah kesadaran, bahwa tidak mungkin sessuatu kita lakukan sendiri untuk mencapai hasil yang baik, walaupun terkadang kita harus mengawali sendiri dalam hal-hal tertentu. Keberadaan orang kunci inilah yang natinya akan berperan lebih banyak dalam pencapaian target usaha yang telah disusun bersama. Mereka akan berhimpun menjadi tim yang apabila terikat dengan kuat akan menjadi kekuatan pendobrak di dalam masyarakat. Orang kunci bisa kita pilih dari orang yang ahli dibidangnya, atau dari orang yang memiliki pengaruh di daerahnya ataupun komunitasnya. Mereka harus memahami bersama tentang visi dan target yang ingin dicapai kedepannya. Ketika orang-orang kunci ini sudah bisa memahami dan mau bergerak, kita tinggal menyiapkan langkah berikutnya dalam mencapai tahapan selanjutnya.

Ketika daya tarik dan orang kunci sudah kita temukan, maka kita perlu menginjak pada tahap berikutnya yaitu cara yang akan dilakukan. Karena kami memilih target usaha pariwisata, maka kita mesti melakukan dua cara, yaitu membuat paket wisata dan kita tawarkan atau promosikan kepad pihak-pihak yang berkepentingan dengan usaha pariwisata atau target pasar kita. Sering saya mengamati sebuah daerah memiliki potensi yang luar biasa baik dari potensi alam maupun aktivitas masyarakatnya. Mereka juga menginginkan dari poetnsi yang ada bisa mendatangkan hasil untuk daerahnya. Satu hal yang tidak dilakukan adalah membuat paket wisata. Paket wisata menjadi penting bagi kegiatan pariwisata berbasis kegiatan masyarakat. Dari paket wisata itulah kita bisa menawarkan apa saj yang bisa dilakukan oleh calon wisatawan ketempat kita. Setelah ada paket wisata, maka mesti kita tawarkan kepada target pasar kita atau bisa melalui biro perjalanan yang ada disekitar kita. Perlu pula dibuat simulasi paket wisata untuk memahami alur kegiatan yang telah dirancang.

Tiga rangkaian identifikasi target tadi sudah kita lakukan, maka sebenarnya sudah tinggal jalan saja untuk menjalankan aktivitas menuju target yang telah ditentukan. Namun terkadang kita menemui faktor-faktor diluar diri kita yang tidak terpikirkan sebelumnya atau biasa disebut faktor X. Faktor X ini bisa berupa kondisi sosial politik, fenomena alam atau hal-hal yang diluar perhitungan kita. Salah satu faktor X yang menjadi kekuatan kami masyarakat Desa Menari saat awal merintis adalah restu para sesepuh dusun dan doa yang sering kita lakukan bersama diawal-awal masa merintis. Dalam konsep jawa biasa kita kenal dengan tirakat. Lelaku tirakat ini menjadi faktor X yang memberikan energi gerak lebih bagi kami untuk terus melangkah, termasuk untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak kita prediksi dan diluar kendali kita. Karena sepenuhnya kita meyakini, bahwa manusia berencana, namun rencana Allah SWT lah yang pasti terwujud. Dalam kepasrahan itulah kami berjalan menapaki langkah demi langkah menuju cita-cita bersama.

Berkaca pada proses yang kami lakukan pada tahap awal, silahkan diambil tahapan yang dirasa cocok untuk daerah kita masing-masing ataupun untuk kita pribadi. Hal yang tidak boleh diabaikan adalah ketekunan kita dalam berproses, terlebih dalam kegiatan pemberdayaan, membutuhkan ketekunan dan kesabaran yang berbeda, karena yang kita libatkan adalah masyarakat yang tidak memiliki hubungan hirarki berdasarkan proses reward dan punishment yang jelas selayaknya hubungan dalam lini strutur kerja sebuah usaha. Hubungan yang mencair memerlukan penanganan yang berbeda. Namun dengan kegigihan, kesabaran dan konsistensi, niscaya akan memberikan buah yang manis dan memberikan proses hidup yang bermakna bagi kita semua.

·         Pegiat dan Ketua Pokdarwis Desa Menari

Posting Komentar untuk "LANGKAH AWAL PERJALANAN DESA MENARI"