MENGAWALI LANGKAH DARI HAL
SEDERHANA
Kang Tris*
Sering
orang bertanya, bagaimana mengawali langkah untuk menjadikan Desa Menari terus
berjalan hingga saat ini. Berapa modal
awal yang dibutuhkan, serta dapat dukungan dari pihak mana? Kami jawab dengan pengalaman
yang telah kami lalui selama ini, bahwa dari hal-hal sederhana itulah cara kita
mengawali. Membaca segenap potensi dan denyut nadi aktivitas masyarakat menjadi
kekuatan tersendiri yang harus kita kedepankan. Karena disitulah kita akan
menemukan proses pembelajaran serta lompatan langkah yang tidak kita sangka
sebelumnya. Berbagai paket di Desa Menari mulai dari paket pagelaran seni,
outbond ndeso, wisata wirausaha, dolanan tradisional, program sinau urip ndeso,
hingga pasar rakyat, merupakan aktivitas sederhana yang bisa dan biasa
dilakukan oleh masyarakat. Sehingga kami tidak perlu mengada-adakan atau
melangkah dari konsep yang muluk-muluk namun sulit dicerna oleh masyarakat.
Pertanyaan
kedua, berapa modal yang dibutuhkan awal kami merintis. Hal ini adalah
pertanyaan klasik yang terus diulang atau mungkin memang tertanam dalam alam
bawah sadar kita semua. Bahkan masyarakat yang terlibat dalam kegiatan kami pun
awal juga ada yang bertanya, kita dapat modal darimana atau bantuan dari siapa.
Tegas kita sampaikan, bahwa modal yang kita perlukan adalah kemauan kita
sendiri, serta dari hal yang melekat pada diri kita. Kita tekan modal seminimal
mungkin agar tidak menjadi beban bagi langkah kita. Maka saat awal kita memulai
hanya bermodal potensi yang ada, kemudian menyiapkan halaman rumah menjadi
arena atraski serta membat lincak atau bangku panjang yang terbuat dari bilah
bambu dan menyulap teras rumah menjadi panggung para seniman gamelan memainkan
iringan musiknya. Pasar rakyat juga hanya digelar diteras rumah karena memang
belum memiliki lokasi, bermodal meja dan tikar yang dibawa oleh ibu-ibu yang
ingin menjajakan dagangannya bagi para pengunjung. Logika ereka hanya sederhana
“adang-adang” konsep yang tertanam dalam benak mereka.Yitu sebuah upaya untuk
ngunduh berkah Allah swt dengan langkah yang mereka bisa, kalau laku ya
Alhamdulillah, kalaupun tidak ya dibawa ke pasar lagi. Sesederhana itulah kami
mengawali aktivitas dengan segala kebingungan serta proses pembelajaran yang
harus kita lakukan. Praktis kalau dinominalkan uang, kami hanya mengawali dari
odal 200 ribu rupiah, selebihnya adalah modal sosial berupa tenaga, pikiran,
gotong royong serta saling menguatkan diantara kami. Semangat kami saat itu
hanyalah, kami ingin berubah kearah yang lebih baik dari sebelumnya.
Pertanyaan
yang tidak kalah heboh dan sering menjadi menu wajib setiap kami menyampaikan
perjalanan pembelajaran kami selama ini. Dapat dukungan dari pihak mana? Kata
dukungan dalam pertanyaan mereka selalu tersirat dua hal, yaitu dukungan dana
dan dukungan moril dalam kami melangkah. Dukungan dana sudah kami jelaskan
diatas, bahawa sumber pendanaan berasal dari pihak kami sendiri. Sedangkan
dukungan moril adalah dari pihak para sesepuh dusun yang telah kami jelaskan
gagasan ini serta warga masyarakat yang mau terlibat. Kami juga mendapat
dukungan dan pembelajaran dari Bang Yoss melalui Yoss Tour Community, karena
beliaulah yang dari awal mempercayai potensi kami hingga sampai saat ini
konsisten membawa rombongan one day tour kesini. Jurus pariwisata juga banyak
kami dapatkan dari belaiu. Sedangkan para pihak yang seharusnya mensuport kami
sebagai bagaian dari wilayah pengelolaannya justru berlepas tangan bahkan ada
yang mencibir, tidak mungkin itu bisa terwujud. Bahkan ada yang menyampaikan,
memang Tanon punya potensi apa? Obyek alam apa yang ada di Tanon? Pertanyaan
tersebut sudah cukup menjawap pertanyaan yang ada dibenak kami, oh logika
berpikir mereka memang baru sampai seperti itu. Bahwa potensi itu harus yang
terlihat dan berwujud fisik, serta memandang sebelah mata, bahwa kami
orang-orang dusun ini yang selama ini belum pernah mendapatkan bimbingan
tentang pengelolaan konsep desa wisata tentu berat untuk melangkah. Bukan
dukungan moril yang kami peroleh, namun sebuah cibiran yang justru menjadi
pupuk dan pelecut bagi kami untuk terus melangkah.
Berkaca
dari proses perjalanan yang telah kami lalui selama ini memberikan pembelajaran
yang sungguh berharga bagi kami. Dari masyarakat dusun yang sederhana, dengan
bermodalkan tekad, semangat serta komitmen bersama menjadikan kami terus bisa
melangkah. Disitu kami juga bisa membutkitan secara empiris kata para pesohor,
bahwa modal tidak mesti berupa uang, bacalah potensi dan tangkap peluang. Kami betul-betul bisa memahami bahwa dari
hal-hal sederhana yang menjadi langkah awal kami dan terus kami pegang hingga
saat ini akan memberikan energi gerak yang kuat, karena kami tidak terbebani
dengan berbagai modal yang telah kami keluarkan. Kami terus menggali dan
belajar tentang hal-hal sederhana yang ada ditempat kami untuk diolah menjadi
daya ledak berikutnya. Dari rangkaian perjalanan itu pula kami jadi menyadari,
bahwa kesederhanaan adalah modal sekaligus kemewahan yang layak diperjuangkan.
Begitupun akahirnya kami terus belajar untuk menjadi orang yang sederhana saja,
karena dari situ kami melangkah, belajar hingga akhirnya membawa kami pada
perjalanan panjang yang juga tidak terpikirkan oleh kami sebelumnya akan
menggelinding sampai sejauh ini.
Sesederhana
itu rumus yang dapat kami bagikan atas berbagai pertanyaan yang sering
disampaikan kepada kami, baik dari tatap muka langsung maupun melalui chat.
Terpenting yang kita harus yakini adalah keberanian melangkah atas pilihan yang
telah diambil. Semakin kita berpusing diri dengan memikirkan
kemungkinan-kemungkinan yang belum terjadi, akan menjadi berat kita melangkah
untuk mengeksekusi. Maka boleh dikata, keberanian kita melangkah, mesti sangat
sederhana yang bisa kita lakukan, itu jauh lebih penting dari deretan konsep
jitu yang terhenti pada ruang diskusi.
· *
Pegiat dan Ketua Pokdarwis Desa Menari
Posting Komentar untuk "MENGAWALI LANGKAH DARI HAL SEDERHANA"