PEMIMPI BUKAN PENGKHAYAL


PEMIMPI BUKAN PENGKHAYAL
Kang Tris*

Generasi muda akhir-akhir ini  banyak  terninabobokkan oleh gebyarnya dunia yang secara tidak sadar menyeret mereka kepada jurang kekerdilan diri. Aneka informasi yang lalu lalang baik melalui media cetak,elektronik maupun dunia maya menunjukkan betapa rapuhnya generasi muda kita. Banyak dari mereka yang terseret pada arus hedonism atau kesenangan semu belaka. Nilai-nilai,etika,prinsip hidup yang mengarah pada kebermaknaan hidup dan kemajuan seolah menjadi angin lalu belaka. Lebih parah lagi,sikap hidup yang hanya memuja kesenangan semu duniawi telah merambah pada kalangan generasi tua maupun yang masih anak-anak. Alangkah naifnya apabila hal ini terus berkelanjutan,karena akan merusak kemuliaan bangsa kita sebagai bangsa yang beragama dan berbudaya. Masyarakat kita khususnya generasi muda telah terselimuti fatamorgana dunia dan tersihir oleh kemilau duniawi hingga menjadi  generasi penghayal.  

Orang yang terjebak pada dunia khayalan hidupnya sangat jauh dari produktivitas. Hidupnya terbuai pada angan-angan semu dan hanya berandai-andai. Betapa bahayanya hal ini,karena sangat menghambat kemajuan dan menjerumuskan pada lembah kemalasan. Apabila ini terus berkelanjutan dan menjadi sesuatu yang diamini masyarakat dan dianggap lumrah,maka lambat laun akan menyeret masyarakat atau bangsa dalam keterpurukan. Orang-orang yang menjadi generasi penghayal adalah sasaran empuk nilai-nilai konsumerisme dan menjadi pangsa pasar yang sangat potensial. Betapa banyak waktu yang akhirnya terbuang sia-sia untuk melakukan sesuatu yang kurang bermanfaat. Betapa banyak biaya yang menghambur begitu saja hanya untuk memuaskan nafsu belaka. Padahal semakin dipuaskan keinginan nafsu semakin jauh dari kepuasan itu sendiri. Alangkah malangnya generasi kita yang terjerembab menjadi generasi penghayal. Hidupnya serasa indah,walaupun akhirnya hanyalah pepesan kosong. Tak ada makna atau hikmah yang bisa dipetik,tak ada karya yang bisa dipersembahkan untuk mengisi lembaran hidupnya.

Ayo sobat saatnya kita bangun dari lamunan dan tinggalkan khayalan yang menggerus kemampuan berpikir dan berkarya. Bukankah di dalam diri kita tersimpan kemampuan yang masih banyak terpendam. Payahnya lagi kita kubur dalam-dalam kehebatan kita hanya untuk menuruti rayuan duniawi yang menyeret kita menjadi generasi penghayal,bukan generasi hebat. Untuk bangkit dari khayalan,kita geser paradigma menjadi generasi pemimpi. Banyak yang salah kaprah menyamakan antara penghayal dan pemimpi. Padahal secara makna dan aplikasi dalam kehidupan sangat jauh berbeda. Pengkhayal melemahkan energy positif yang ada pada dirinya,sedangkan pemimpi menggerakkan energy positif pada dirinya untuk mencapai lebih sesuai mimpinya. Bukankah kemajuan di dunia ini terwujud akibat dari ulah para “pemimpi”. Kita ambil contoh, adanya listrik,lampu,pesawat terbang dan lain sebagainya adalah buah karya para pemimpi,yang selalu dianngap aneh karena berbeda dengan pakem pada jamannya.

Dalam tulisannya P. Bambang WS yang dimuat pada Warta Ekonomi tahun 2005 disebutkan, Bahwa pemimpi yang menjadi jawara adalah seorang yang secara terprogram dan konsisten berusaha mewujudkan mimpinya dalam tindakan sehari-harinya. Dari pernyataan ini dapat digaris bawahi bahwa seorang pemimpi adalah orang yang rasional untuk mendorong potensi dirinya menuju kehebatan sesuai mimpi yang telah dicanangkannya. Dia akan berusaha mewujudkan mimpinya dalam langkah-langkah nyata. Seorang pemimpi bukanlah penghayal yang berandai-andai besok hayalan itu bisa terwujud,tetapi seorang pemimpi secara konsisten atau istiqomah menapaki setiap langkah yang telah dirancangnya untuk mewujudkan impiannya tersebut. Jadi saatnya generasi muda bangkit dari tidur nyenyaknya akibat biusan dan tipu daya dunia yang menjadikannya pengkhayal. Mari kawan kita bangun mimpi pada diri kita, akan seperti apa kita dimasa mendatang. Lebih luas lagi akan seperti apa kondisi masyarakat atau bangsa tempat kita berpijak.

Lebih lanjut P. Bambang WS menyatakan langkah pertama pemimpi adalah merumuskan mimpi dan menguji validitasnya dengan intuisi dan keberanian karena hanya disertai sedikit data pendukung,itupun kalau ada. Dalam merumuskan mimpi, biasanya ada empat pendekatan ; pertama,pendekatan pemberontakan. Cara merumuskan mimpi dalam pendekatan ini adalah berpijak dari kondisi diri yang kurang kondusif atau melawan status quo. Kalau kita berada pada kondisi yang kurang menguntungkan harus ada keberanian untuk menetapkan mimpi yang lebih baik sebagai arah kemana kita akan melangkah. Atau apabila kita terjebak pada kemapanan yang berkepanjanganyang justru mematikan kreativitas kita,maka perlu mimpi baru untuk merubah keadaan.. Pendekatan kedua adalah ingin membuat terobosan baru agar mencapai standar kinerja yang lebih baik lewat inovasi atau lompatan yang konsisten. Hal ini cocok bagi kita sobat yang sudah berada pada rutinitas yang monoton. Sesuatu yang monoton selain membosankan juga menjadikan tingkat pencapaian prestasi juga menjadi terhenti. Maka perlu eberanian untuk melakukan inovasi atau lompatan langkah agar kinerja atau aktivitas kita kembali menggairahkan dan memberikan energy baru untuk menjadi lebih baik.

Pendekatan ketiga merupakan pendekatan visioner. Kita memimpikan sesuatu yang seharusnya terjadi dimasa depan untuk membuat hidup manusia lebih baik. Alangkah beruntungnya kita,apabila dalam episode kehidupan ini menjadi bagian dari perbaikan sebua generasi. Maka dalam keadaan kita saat ini ditengah lingkungan yang serba glamour dan hedonis yang pada hakikatnya mematikan kreativitas dan produktivitas,kita mengambil langkah untuk menjadi bagian komunitas yang mengimpikan kehidupan mendatang yang lebih baik lagi. Terakhir,pendekatan keempat adalah pendekatan pewahyuan. Bukankah dalam ajaran agama juga banyak sekali diajarkan yang memotivasi bahwa kehidupan akhirat itu lebih baik daripada kehidupan dunia ini. Dalam penterjemahannya dibanyak ayat juga di sampaikan tentang pentingnya kita memperhatikan setiap langkah dan aktivitas kita untuk menuju kehidupan yang baik dimasa yang akan datang. Jadi,untuk apa kita menipu diri kita dalam khayalan yang melemahkan diri. Terjebak dalam gebyar dunia yang justru semakin menjauhkan diri dari kualitas manusiawi kita sebagai khalifatullah. Mari bangkit kawan, gantung mimpimu setinggi langit untuk mewujudkan peradaban yang lebih baik. Kita gerakkan seluruh pikiran dan energy kita dengan mengharap Ridlo dan Hidayah Allah untuk menuju pencapaian mimpi kita.

·         Pegiat dan Ketua Pokdarwis Desa Menari

Posting Komentar untuk "PEMIMPI BUKAN PENGKHAYAL"